Kamis, 02 Mei 2013

Hardiknas ( Mengenang Ki Hajar Dewantara )

Nama kecil ki hajar dewantara adalah raden mas suardi suryaningrat. Ia lahir dijogjakarta pada tanggal 2 mei 18889. Ia adalah seorang keturunan bangsawan keraton, cucu paku alam III. Seorang raja dijogjakarta. Meskipun ia keturunan bangsawan, suwardi suryaningrat tidak pernah menonjolkan gelar kebangsawanan nya. Ia selalu menganggap dirinya rakyat biasa. Semangat kebangsaan suardi tampak sejak beliau masik kanak-kanak. Suwardi sering berkelahi dengan anak-anak kulit putih yang congkak dan sombong serta suka merendahkan atau menghina anak-anak bangsa indonesia. Semangat kebangsaannya ini dibawa pula ketika suwardi masuk Europeesch lagere school (ELS). Sekolah ini merupakan sekolah dasar untuk anak-anak kulit putih. Hanya anak-anak bangsa terpilih saja yang boleh masuk kesekolah ini. Setelah menyelesaikan sekolahnya dijogjakarta, suwardi bersekolah di STOVIA, yaitu sekolah untuk mendidik dokter-dokter bangsa indonesia, dibatavia(Jakarta). Di Jakarta inilah pandangan kebangsaan suwardi semakin luas. Di STOVIA ini suwardi tumbuh menjadi remaja dan bergaul dengan pemuda-pemuda Indonesia yang berbeda bahasa, adat istiadat, dan agama. Disinilah suwardi mulai merasakan suasan Bhinneka tunggal ika. Suwardi tidak sampai menamatkan pelajarannya di STOVIA. Kemudian ia bekerja pada pabrik gula bojong, purbalingga. Tidak lama kemudian ia pindah dan bekerja diapotek Rathkamp di Jogjakarta. Sepertinya pekerjaan jurnalistik lebih menarik dan lebih cocok dengan jiwanya. Karnanya, ia memilih jurnalis dan membantu beberapa surat kabar, seperti Sedyotomo (berbahasa jawa), Midden java (berbahasa belanda), De Express (berbahasa belanda), dan utusan india yang dipimpin H.O.S.Cokroaminoto. Atas permintaan Douwes Dekker, suwardi pindah kebandung, Dibandung ia memimpin surat kabar De Express. Pada waktu itu Douwes Dekker sedang mempersiapkan berdirinya sebuah partai dengan dasar kebangsaan. Tanggal 25 desember 1912 indische partij didirikan oleh tiga serangkai yang terdiri dari Douwes dekker, yang kemudian dikenal sebagai dr. Danudirja setiabudi, Dr. Cipto mangunkusumo, dan raden mas suwardi suryaningrat. pada tahun 1913 pemerintah hindia belanda akan merayakan genap 100 tahun bebasnya negeri belanda dari penjajahan napoleon-prancis, suwardi mengangkat penanya. Ia menulis karangan "Seandainya aku seorang belanda". Dalam karangan tersebut suwardi berkata "Tidak selayaknya bangsa indonesia turut serta merayakan kemerdekaan bangsa lain, yang justru mereka adalah bangsa yang menindas kita". Tulisan suwardi ini merupakan tamparan yang hebat bagi belanda. Akan tetapi suwardi selalu berjiwa ksatria. Tulisannya itu tidaklah kasar, tidak pula memaki-maki. Kata-katanya sungguh tepat, jitu, indah, dan bercampur dengan ejekan yang pedas. dalam tulisannya itu, berisi pula pandangan-pandangan yang dapat direnungkan baik oleh pihak belanda maupun bangsa kita sendiri. Douwes Dekker, Cipto mangunkusumo. dan Suwardi suryaningrat benar-benar dianggap sebagai orang-orang yang membahayakan kedudukan pemerintah belanda. Akhirnya ketiga orang itu diusir dari indonesia kenegeri belanda. Sungguh pun mendapat hukuman buangan, semangat kemerdekaan suwardi tidak pernah patah. Kegiatan politik suwardi diteruskan dinegeri belanda. Suwardi tetep berjuang untuk mencapai indonesia merdeka. Beliau aktif dalam Indische Vereeniging yang kemudian diubah namanya menjadi perhimpunan indonesia (PI). Selama dibelanda suwardi juga tidak lupa mempelajari dan mendalami masalah pendidikan dan pengajaran. Tahun 1917 pemerintah belanda mencabut putusan pengasingan terhadap tokoh-tokoh Indische partij. Karna terjadi perang dunia I. Suwardi baru dapat pulang keIndonesia pada tahun 1919. Setelah lama berkecimpung dalam gelanggang politik, pada tahun 1921 suwardi mulia terjun kedunia pendidikan nasional bangsanya. Mula-mula suwardi membantu disekolah Adidharma milik kakaknya, Suryopranoto. Suwardi berusaha mencapai kemerdekaan bangsanya melalui pendidikan nasional. Dibidang pendidikan dan kebudayaan, ternyata suwardi lebih berbakat dan berhasil. Bahkan nama suwardi suryaningrat alias Ki hajar dewantara lebih mashur dan harum sebagai tokoh pendidikan nasional Indonesia.

Rabu, 01 Mei 2013

Album Calung Saat Mengiring Penganten Sunat ( 25 April 2013 )

DSC00845

Album sanggar Seni Calung

27896_232946573505992_2015555555_n

Album Pesta Siaga

36529_232946353506014_1371968320_n

Album upacara Bendera

Kegiatan Upacara Bendera 314262_115106888623295_1482432844_n

Galeri Photo RA Kartini

457px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776 Raden Ajeng Kartini 428px-RM_Sosroningrat R.M. Sosroningrat ( Ayah R.A Kartini )

Biografi RA Kartini

kartini_1 Sewaktu RA Kartini dilahirkan, ayahnya masih berkedudukan sebagai Wedono Mayong, sedangkan ibunya adalah seorang wanita berasal dari desa Teluk Awur yaitu Mas Ajeng Ngasirah yang berstatus garwo ampil RMAA Sosroningrat Kakeknya (Romo RMAA Sosroningrat), Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun., sedangkan eyang RA Kartini dari pihak ibunya adalah seorang Ulama Besar pada jaman itu bernama Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah. Istri kedua ayahnya yang berstatus garwo padmi adalah putri bangsawan yang dikawini pada tahun 1875 keturunan langsung Raja Madura yaitu Raden Ajeng Woeryan (Moerjam) anak dari RAA Tjitrowikromo yang memegang jabatan Bupati Jepara sebelum RMAA Sosroningrat. Perkawinan dari kedua istrinya itu telah membuahkan putera sebanyak 11 (sebelas) orang. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara kandung Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.